Cute Rocking Baby Monkey

Simple Plan

Rabu, 03 Desember 2014

Artikel ilmiah versi amatir


PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn TENTANG GLOBALISASI
PADA SISWA DI KELAS IV SDN BERANGAS TIMUR 2 KABUPATEN BARITO KUALA


Edwin Setiawan


Abstract : Education in principle play important role to develop ability and also upgrade and human being prestige in realizing the target of national, equally education play a part strategic in creating human resource. Student of SD expected can execute its rights and obligations to become smart Indonesia citizen, skillful and with character [pass/through] study of PKN with applying of model of Problem Based Learning.


Abstrak : Pendidikan pada prinsipnya berperan penting untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu dan martabat manusia dalam mewujudkan tujuan nasional, dengan kata lain pendidikan memegang peranan yang strategis dalam menciptakan sumber daya manusia. Siswa SD diharapkan mampu melaksanakan hak–hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter melalui pembelajaran PKn dengan penerapam model Problem Based Learning.
Kata kunci : meningkatkan, menciptakan, problem based learning


Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak- hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan Undang- Undang 1945. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfakuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari- hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat serta sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (KTSP, 2006).
Menurut Anita (2004:3) mutu pendidikan merupakan konsekuensi langsung dari suatu perubahan dan perkembangan dari berbagai aspek kehidupan. Tuntutan terhadap mutu pendidikan tersebut menjadi syarat terpenting untuk dapat menjawab tantangan perubahan dan perkembangan dari berbagai aspek kehidupan tersebut. Hal itu diperlukan untuk mendukung terwujudnya manusia Indonesia yang  cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, Untuk itu, pembenahan dan penyempurnaan kinerja pendidikan menjadi hal yang paling utama yang harus segera dilakukan.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 tentang ketentuan umum pendidikan dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Disini’PBL’, sebagai pendekatan pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa di mana masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa. Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan baru. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. PBL ini suatu pendekatan yang melibatkan siswa dalam penyelidikan dalam pemecahan masalah yang memadukan ketrampilan dan konsep dari berbagai kandungan area.
Penelitian ini diharapkan berguna bagi sekolah, guru dan peneliti lanjutan. Dengan penelitian ini guru diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini  sebagai alternative strategi dalam pembelajaran PKn di kelas IV dengan menggunakan model PBL sebagai media pembelajaran. Bagi peneliti hasil ini dapat memperkaya wawasan, pengetahuan,referensi tentang penggunaan  model pembelajaran PBL.

Metode
            Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif peneliti untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan kenerja peneliti sebagai tenaga pendidik. sedangkan jenis penelitiannya tergolong penelitian tindakan berupa penelitian tindakan kelas (PTK) (Suharsimi, 2010: 12). Alasan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif adalah (1) lebih mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi ganda, (2) lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan subjek penelitian, (3) memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola yang dihadapi.

Problem based learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajarn atau metode mengajar yang fokus pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri yang terlibat langsung secara aktif terlibat dalam pembelajaran berkelompok. PBL membantu siswa untuk mengembangkan ketrampilan mereka dalam memberikan alas an dan berpikir ketika mereka mencari data atau informasi agar mendaptkan solusi untuk memecahkan masalah, Suyanto ( 2008:21)
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi dkk, 2009;16). Menurut Riyanto (2009:288) Problem Based Learning (PBL) memfosuskan pada siswa menjadi pembelajaran yang mandiri dan terlibat lansung secara aktif dalam pembelajran kelompok. Model ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam mencari pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah dengan rasional dan ontentik.
Pembelajaran lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut, melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berpikir pebelajran yang lebih tinggi,pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar sehingga  pembelajran lebih bermakna, pembelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diseleseikan lansung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatakan motivasi dan ketertarikan pebelajar terhadap bahan yang dipelajari, menjadikan pebelajar lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pembelajar, pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar pebelajar dapat diharapkan


Ada 5 langkah dalam Problem based learning (PBL) menurut Mustaji (2005:76) adalah sebagi berikut:
a. Mengorientasikan pebelajar pada masalah
Pada awal Problem based learning (PBL), pembelajaran terlebih dahulu menyampikan secara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan pada pebelajar bagaimana cara pelaksanaannya. Berdasarkan masalah tersebut pebelajar dilibatkan secra aktif memecahkan, menemukan konsep, prinsip-prinsip, dan seterusnya dalam mata pelajaran difusi inovasi pendidikan.
b.  Mengorientasikan pebelajar untuk belajar
Problem based learning (PBL) memerlukan ketrampilan pengembangan kolaborasi diantara pebelajran dan membantu mereka menyelidiki masalah secara bersama-sama. Hali ini merupakan bantuan merencanakan penyelidikan dan pelaporan tugas-tugas mereka. Selain itu perlu adanya kelombpok belajar. Adanya beberapa hal penting yang perlu diperhatikan di dalam mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok pembelajaran berdasarkan masalah yakni pebelajar ke dalam kelompok Problem based learning (PBL) yakni pebelajar dibentuk bervariasi denhan memperhatukan kemampuan, ras, etnie dan jenis kelamin sesuain dengan tujuan yang akan dicapai.
c. Memandu menyelidiki secara mandiri maupun kelompok
Penyelidikan dilakukan secara mandiri, berkelompok  kecil yang merupakan inti model Problem based learning (PBL). Walaupun setiap situasi masalah memerlukan sedikit perbedaan teknik penyelidikan, paling banyak meliputi proses pengumpulan data dan eksperimen, hipotesis penjelasan dan pemberian penyeleseian. Pada tahap ini pembelajaran mendorong pebelajar mengumpulkan data dan melaksanakan kegiatan aktual sampai mereka benar-benar mengerti dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar pebelajar dapat mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Pada tahap ini pembelajran harus banyak membaca selain apa yang telah ada dalam bahan ajar. Pembelajran membantu pebelajar pada pengumpulan informasi dari beberapa sumber dan mengajukan pertanyaan pada pebelajar untuk mendeteksi pemahaman mereka tentang masalah dan konsep yang ditemukan serta jenis informasi yang dibutuhkan untuk menemukan pemecahan masalahnya.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
Hasil-hasil yang telah diperoleh harus dipresentasikan sesuai dengan pemahaman pebelajar. Pebelajar secara mandiri atau kelompok memberikan tanggapan atas hasil kerja temannya. Berdiskusi, berdialog bahkan berdebat memberi komentar terhadap pemecahan masalah yang disajikan. Dalam hal ini pembelajar mengarahkan, memberi pandangan atas tanggapan-tanggapan pebelajar tetapi tidak memerankan sebagai nara sumber sebagai justifikasi.
e. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah meliputi bantuan pada pebelajran menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri sebagaimana kegiatan dan ketrampilan intelektual yang mereka gunakan di dalam pencapaian hasil pemecahan masalah. Selam tahap ini, pembelajar menugasi pebelajar menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan mereka pada setiap tahap pembelajaran.

Menurut Fogarty (Supinah & Titik Sutanti, 2010 : 21) proses pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dijalankan dengan 8 langkah, yaitu : menemukan masalah, mendefinisikan masalah, mengumpulkan fakta, pembuatan hepotesis, penelitian, repharasing masalah, menyuguhkan alternative, dan mengusulkan solusi (Rusman, 2011: 243)

Menurut Riyanto (2009:288) mengemukan bahwa dalam langkah-langkah Problem based learning (PBL) ada 5 tahap yaitu:
1.   Guru mempersiapkan dan melempar masalah kepada siswa
2.  Membentuk kelompok kecil, dalam masing-masing kelompok siswa mendiskusikan masalah tersebut dengan memanfaatkan dan merefleksi penegetahuan/keterampilan yang mereka miliki. Suswa juga membuat rumusan masalah dan membuat hipotesis-hipotesi
3.   Siswa mencari (hunting) informasi dan data yang berhubungan dengan masalah yang sudah dirumuskan
4.   Siswa berkumpul dalam kelompok untuk melporkan data apa yang sudah diperolah dan mendiskusikan dalam kelompok berdsarkan data-data yang diperoleh tersebut. Langkah ini diulang-ulang sampai memperoleh solusi
5.   Kegiatan diskusi penutup sebagai kegiatan akhir, apabila proses sudah memperoleh solusi yang tepat.


Adapun Langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang digunakan guru adalah sebagai berikut:
1)         Guru menjelaskan kompetensi yang ingi dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
2)         Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
3)         Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
4)         Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya
5)         Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
6)         Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
7)         Penutup/ guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.



Pelaksanaan tindakan ini dibagi menjadi 3 bagian, yakni kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan penutup. Secara lengkap langkah- langkah tersebut yaitu sebagai berikut:
1)      Kegiatan Awal
(1)   Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing- masing.
(2)   Mencek kehadiran siswa “Semua siswa hadir”, dan mengkondisikan kelas


Tahapan- tahapan pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :

Fase I : Mengorientasikan siswa pada masalah
(1)   Apersepsi
a.       Sebelum pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan, guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan serta memberikan motivasi kepada siswa denga menceritakan kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.
b.      Guru menuntun siswa untuk mendifinisikan sendiri apa itu globalisasi sesuai dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.
c.       Guru memberikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa sesuai materi dengan kartu masalah.


2)      Kegiatan Inti
Fase II : Mengorganisasikan siswa untuk belajar
(1)   Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen
(2)   Membagikan kartu masalah kepada setiap kelompok tentang masalah dampak positif dari adanya globalisasi.
(3)   Membagikan bahan- bahan yang dibutuhkan yang sesuai dengan kartu masalah pada masing- masing kelompok, misalnya gambar contoh barang- barang yang ada karena adanya globalisasi.
(4)   Membagikan LKK sesuai dengan Kartu masalah pada masing- masing kelompok.


Fase III : Membimbing penyelidikan individual atau kelompok
(1)   Guru membimbing siswa atau kelompok dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
(2)   Guru berkeliling dan membantu siswa atau kelomok yang mengalami kesulitan.
(3)   Guru mendorong siswa atau kelompok untuk melakukan diskusi dengan teman sekelompok.


Fase IV : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(1)   Hasil kerja kelompok diperesentasikan didepan kelas
(2)   Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi.


Fase V : menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
(1)   Guru memberikan penguatan terhadap jawaban kelompok
(2)   Guru menjelaskan dampak positif yang ditimbulkan dari adanya globalisasi dalam kehidupan sehari- hari.
(3)   Guru memberikan latihan soal dalam bentuk LKS secara individu.

3)      Kegiatan Akhir
(1)   Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman pembelajaran. Rangkuman pembelajaran dampak positif dari adanya globalisasi.
(2)   Guru mengadakan Tanya jawab tentang dampak positif dari adanya globalisasi.
(3)   Guru memberikan tindak lanjut
(4)   Guru menginformasikan kepada peserta didik bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dibahas tentang dampak negatif globalisasi.


Demikianlah penerapan pembelajaran Problem Based Learning untuk membantu menjelaskan materi pelajaran PKn tentang materi globalisasi di kelas IV, semoga dengan menggunakan model seperti ini bisa membantu pemahaman siswa tentang materi globalisasi.




Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Berangas Timur 2 Kabupaten Barito Kuala, dengan materi tentang Globalisasi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Aktivitas guru dalam pembelajaran terlaksana dengan sangat baik. Pada siklus I persentase skor perolehan adalah 69.50% berada pada kriteria baik meningkat pada siklus II dengan persentase skor perolehan 88.50% berada pada kriteria sangat baik. Dengan demikian pembelajaran dapat dikatakan berhasil karena sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu jika persentase aktivitas guru > 80% berdasarkan interpretasi keaktifan guru.
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model PBL ini juga mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase skor perolehan adalah 59.64% berada pada kriteria cukup aktif meningkat pada siklus II dengan persentase skor perolehan adalah 81.97% berada pada kriteria sangat aktif. Dengan demikian pembelajaran dapat dikatakan berhasil karena sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu jika persentase aktivitas siswa > 80% berdasarkan interpretasi keaktifan siswa.
3. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I untuk ketuntasan individual pada siklus I mencapai 57.14% dengan nilai rata- rata 70, dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 92.86% dengan nilai rata- rata 85.00.
Dengan demikian pembelajaran dengan model PBL dapat dikatakan berhasil karena kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 80% yang telah mencapai daya serap ≥ nilai70.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Untuk Guru
Hendaknya guru selalu merancang pelaksanaan pembelajaran dan dilaksanakan dengan berpatokan sesuai Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, hal ini perlu dilakukan agar pelaksanaannya optimal, langkah- langkah kegiatan yang dirancangkan dilaksanakan sesuai alokasi waktu yang telah dibuat, agar pembelajaran terlaksana dengan baik dan tersusun, tidak membingungkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, dan tidak melebihi alokasi waktu yang telah dibuat. Guru juga hendaknya benar- benar menguasai dan memahami materi dan model yang digunakan sebelum dilaksanakan dikelas. Hal ini dilakukan agar pembelajaran yang disampaikan optima dan siswa juga akan merasa nyaman dan lebih memahami apa yang diajarkan.
Dalam hal ini khususnya guru PKn dapat menggunakan pendekatan dan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Alternatif pendekatan dan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model PBL. Karena selain meningkatkan hasil belajar siswa juga dapat meningkatkan aktivitas siwa dalam kegiatan
pembelajaran. Namun hal tersebut juga harus didukung oleh kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan dan model tersebut. Pembelajaran akan optimal apabila benar- benar dirancang dan dikuasai, baik itu model atau metode yang digunakan. Dengan menggunakan model PBL, guru sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi, guru perlu menciptakan lingkungan kondusip bagi siswanya dan dan melatih siswa untuk berpikir dan menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baru, dan melatih benar- benar memahami dan dan dapat menerapkan pengetahuan mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya.
2. Untuk Pihak Sekolah
Hendaknya pihak (Kepala Sekolah) sekolah memberikan pengawasan, pelatihan agar guru- guru memiliki pengetahuan yang lebih, tidak hanya dalam penguasaan maeri, akan tetapi juga mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan peningkatan kualitas belajar mengajar, baik itu mengenai cara, sistem, model, metode, pendekatan yang mana semua itu harus dimiliki seorang pengajar demi terciptanya mutu penddidkan yang diharpkan.
Kepala sekolah juga hendaknya memberikan motivasi dan dorongan kepada guru demi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif dan efektif. Salah satunya adalah dengan memberikan motivasi dan dorongan kepada guru untuk menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Salah
satu pendekatan dan model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model PBL.


Daftar rujukan
Juliyatin. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar PKn Tentang Globalisasi Pada Siswa Di Kelas IV SDN Berangas Timur 2 Kabupaten Barito Kuala.
Skripsi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan program S-1 pendidikan guru sekolah dasar

universitas  lambung mangkurat

0 komentar:

Posting Komentar